Kamis, 05 November 2009
STRUKTUR DAN FUNGSI DARAH
A. Struktur darah
1. Eritrosit
Dalam setiap 1 mm3 darah terdapat sekitar 5 juta eritrosit atau sekitar 99%, oleh karena itu setiap pada sediaan darah yang paling banyak menonjol adalah sel-sel tersebut. Dalam keadaan normal, eritrosit manusia berbentuk bikonkaf dengan diameter sekitar 7 -8 μm, tebal ± 2.6 μm dan tebal tengah ± 0.8 μm dan tanpa memiliki inti.
Apabila diamati pada sediaan apus, ternyata sel-selnya berukuran hampir sama, kecuali pada penyakit darah tertentu akan mengalami penyimpangan baik dalam bentuk, ukuran dan pewarnaan. Eritrosit yang berukuran kurang dari 6 μm dinamakan mikrosit dan yang berukuran lebih dari normal (6 μm-12 μm) dinamakan makrosit.
Komposisi molekuler eritrosit menunjukan bahwa lebih dari separuhnya terdiri dari air (60%) dan sisanya berbentuk substansi padat. Secara keseluruhan isi eritrosit merupakan substansi koloidal yang homogen, sehingga sel ini bersifat elastis dan lunak.
Dengan keadaan isi eritrosit yang berbentuk sebagai agar-agar tersebut, tidaklah mungkin bagi eritrosit untuk mempertahankan bentuk bikonkaf apabila tidak ada struktur khusus yang menjaganya. Ada yang menduga bahwa salah satu faktor yang berperan dalam adalah struktur dan molekul yang membentuk isinya sendiri. Hal tersebut didasarkan adanya kelainan bentuk eritrosit yang mirip bulan sabit pada anemi bulan sabit (sicle cell anemia). Pada penderita tersebut ternyata struktur molekul hemoglobinnya berbeda dengan normal. Struktur kerangka sel yang berbentuk filamen dan mikrotubuli tentu saja merupakan faktor yang berperan dalam mempertahankan bentuk sel.
Seperti halnya sel-sel yang lain, eritrosit pun dibatasi oleh membran plasma yang bersifat semipermeable dan berfungsi untuk mencegah agar koloid yang dikandungnya tetap didalam.
Dari pengamatan eritrosit banyak hal yang harus diperhatikan untuk mengungkapkan berbagai kondisi kesehatan tubuh. Misalnya tentang bentuk, ukuran, warna dan tingkat kedewasaan eritrosit dapat berbeda dari normal. Jika dalam sediaan apus darah terdapat berbagai bentuk yang abnormal dinamakan poikilosit, sedangkan sel-selnya cukup banyak maka keadaan tersebut dinamakan poikilositosis. Eritrosit yang berukuran kurang dari normalnya dinamakan mikrosit dan yang berukuran lebih dari normalnya dinamakan makrosit.
Warna eritrosit tidak merata seluruh bagian, melainkan bagian tengah yang lebih pucat, karena bagian tengah lebih tipis daripada bagian pinggirnya. Pada keadaan normal bagian tengah tidak melebihi 1/3 dari diameternya sehingga selnya dinamakan eritrosit normokhromatik. Apabila bagian tengah yang pucat melebar disertai bagian pinggir yang kurang terwarna maka eritrosit tersebut dinamakan eritrosit hipokromatik. Sebaliknya apabila bagian tengah yang memucat menyempit selnya dimanakan eritrosit hiperkhromatik.
2. Leukosit
Leukosit adalah sel darah yang mengendung inti, disebut juga sel darah putih. Sebenarnya leukosit merupakan kelompok sel dari beberapa jenis. Untuk klasifikasinya didasarkan pada morfologi inti adanya struktur khusus dalam sitoplasmanya.
a. Netrofil
Di antara granulosit, netrofil merupakan merupakan jenis sel yang terbanyak yaitu sebanyak 60 – 70% dari jumlah seluruh leukosit atau 3000-6000 per mm3 darah normal.
Pada perkembangan sel netrofil dalam sumsum tulang, terjadi perubahan bentuk intinya, sehingga dalam darah perifer selalu terdapat bentuk-bentuk yang masih dalam perkembangan. Dalam keadaan normal perbandingan tahap-tahap mempunyai harga tertentu sehingga perubahan perbandingan tersebut dapat mencerminkan kelainan. Sel netrofil matang berbentuk bulat dengan diameter 10-12 μm. Intinya berbentuk tidak bulat melainkan berlobus berjumlah 2-5 lobi bahkan dapat lebih. Makin muda jumlah lobi akan berkurang. Yang dimaksudkan dengan lobus yaitu bahan inti yang terpisah-pisah oleh bahan inti berbentuk benang. Inti terisi penuh oleh butir-butir khromatin padat sehingga sangat mengikat zat warna basa menjadi biru atau ungu. Oleh karena padatnya inti, maka sukar untuk untuk memastikan adanya nukleolus.
Dalam netrofil terdapat adanya bangunan pemukul genderang pada inti netrofil yang tidal lain sesuai dengan Barr Bodies yang terdapat pada inti sel wanita. Barr Bodies dalam inti netrofil tidak seperti sel biasa melainkan menyendiri sebagai benjolan kecil. Hal ini dapat digunakan untuk menentukan apakah jenis kelamin seseorang wanita.
Dalam sitoplasma terdapat 2 jenis butir-butir ata granul yang berbeda dalam penampilannya dengan ukuran antara (0.3-0.8μm).
Granul pada neutrofil tersebut yaitu :
- Azurofilik yang mengandung enzym lisozom dan peroksidase, dimana sudah mulai tampak sejak masih dalam sumsum tulang yang makin dewasa makin berkurang jumlahnya. Ukurannya lebih besar dari pada jenis butir yang kedua dan kebanyakan telah kehilangan kemampuan mengikat warna. Dengan pewarnaan Romanovsky butiran ini tampak ungu kemerah-merahan.
- Granul spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat bakterisidal (protein Kationik) yang dinamakan fagositin. Dinamakan butir spesifik karena hanya terdapat pada sel netrofil dengan ukran lebih halus. Butiran ini baru tampak dalam tahap mielosit, berwarna ungu merah muda dan pada sel dewasa akan tampak lebih banyak daripada butir azurofil
Neutrofil jarang mengandung retikulum endoplasma granuler, sedikit mitokonria. Apparatus Golgi rudimenter dan sedikit granula glikogen.
gambar 3. Netrofil
b. Eosinofil
Gambar 4.eosinofil
Jumlah sel eosinofil sebesar 1-3% dari seluruh lekosit atau 150-450 buah per mm3 darah. Ukurannya berdiameter 10-15 μm, sedikit lebih besar dari netrofil. Intinya biasanya hanya terdiri atas 2 lobi yang dipisahkan oleh bahan inti yang sebagai benang. Butir-butir khromatinnya tidak begitu padat kalau dibandingkan dengan inti netrofil.
Sitoplasmanya berisi penuh dengan butir-butir dalam netrofil sedang warnanya merah atau oranye. Ukuran butir-butir spesifik tersebut berdiameter antara 0.5-1 μm.
c. Basofil
Jenis sel ini terdapat paling sedikit diantara sel granulosit yaitu sekitar 0.5%, sehingga sangat sulit diketemukan pada sediaan apus. Ukurannya sekitar 10-12 μm sama besar dengan netrofil. Kurang lebih separuh dari sel dipenuhi oleh inti yang bersegmen-segmen ata kadang-kadang tidak teratur. Inti satu, besar bentuk pilihan irreguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma basofil terisi granul yang lebih besar, dan seringkali granul menutupi inti, sehingga tidak mudah untuk mempelajari intinya. Granul spesifik bentuknya ireguler berwarna biru tua dan kasar tampak memenuhi sitoplasma, bahkan seakan-akan menimbuni inti sehingga tidak mudah untuk mempelajari intinya. Dalam banyak hal butir-butir biru tersebut mempunyai kesamaan dengan butir-butir dalam mastosit. Oleh karena itu, peneliti menduga bahwa mastosit dalam jaringan berasal dari sel-sel basofil dalam darah. Butir-butir itupun dapat membebaskan histamine dan heparin pada reaksi alergi, mengakibatkan peningkatan respon radang.
gambar 6. Basofil
d. Limfosit
Limfosit dalam darah berkuran sangat bervariasi sehingga pada pengamatan sediaan apus darah dibedakan menjadi : limfosit kecil (7-8 μm), limfosit sedang dan limfosit besar (12 μm).
Jumlah limfosit mendduki nomer 2 setelah netrofil yaitu sekitar 1000-3000 per mm3 darah atau 20-30% dari seluruh leukosit. Di antara 3 jenis limfosit, limfosit kecil terdapat paling banyak.
gambar 7. Limfosit
Limfosit kecil ini mempunyai inti bulat yang kadang-kadang bertakik sedikit. Intinya gelap karena khromatinnya berkelompok dan tidak nampak nukleolus. Sitoplasmanya yang sedikit tampak mengelilingi inti sebagai cincin berwarna biru muda. Kadang-kadang sitoplasmanya tidak jelas mungkin karena butir-butir azurofil yang berwarna ungu. Limfosit kecil kira-kira berjumlah 92% dari seluruh limfosit dalam darah.
Limfosit dapat beredar antara peredaran darah dan jaringan limfoid atau sebaliknya. Kemampuan ini tidak dimiliki oleh jenis sel darah lainnya, karena sekali mereka keluar dari peredaran darah tidak akan dapat kembali lagi.
e. Monosit
Jenis sel agranulosit ini berjumlah sekitar 3-8% dari seluruh leukosit. Sel ini merupakan sel yang terbesar diantara sel leukosit karena diameternya sekitar 12-15 μm. Bentuk inti dapat berbentuk oval, sebagai tapal kuda atau tampak seakan-akan terlipat-lipat. Butir-butir khromatinnya lebih halus dan tersebar rata dari pada butir khromatin limfosit.
Gambar 8. monosit
Sitoplasma monosit terdapat relatif lebih banyak tampak berwarna biru abu-abu. Berbeda dengan limfosit, sitoplasma monosit mengandung butir-butir yang mengandung perioksidase seperti yang diketemukan dalam netrofil.
3. Trombosit
Walaupun amanya menunjukan bahwa merupakan sebuah sel, namun sebenarnya tidak memenuhi syarat sebagai sebuah sel yang utuh karena tidak memiliki inti. Oleh karena itu dinamakan keping darah. Berbentuk sebagai keping-keping sitoplasma berukuran 2-5 μm lengkap dengan membran plasma yang mengelilinginya. Trombosit ini khusus terdapat dalam darah mamalia. Untuk menentkan jumlahnya, tidak begit mudah karena trombosit mempunyai kecenderungan untuk bergumpal.
Diperkirakan jumlahnya sekitar 150-300ribu setiap μl, sedang umurnya sekitar 8 hari.
Pada sediaan apus darah, trombosit sering terdapt bergumpal . Setiap keping tampak bagian tepi yang berwarna biru muda yang dinamakan Hialomer dan bagian tengah yang berbutir-butir berwarna ungu dinamakan granulomer atau khromomer. Hialomer mempunyai tonjolan-tonjolan sehingga bentknya tidak teratur.
Hialomer tampak homogen dengan struktur filament dan mikrotubuki yang memungkinkan pembentukan pseupodia. Granulomer mengandung mitokondria, granula, vakuola, system tubuli dan butir-butir glikogen. Kesemuanya ini menandakan bahwa trombosit berasal dari sebuah sel.
Gambar : Megakariosit dan megakarioblas
Trombosit berasal dari sel yang sangat besar dalam sumsum tulang belakang yang dinamakan megakoriosit. Dalam pembentukannya megakoriosit mengalami pembentukkan celah-celah yang merupakan awal pembelahan menjadi keping-keping yang tetap terbungkus oleh membrane sel.
B. Fungsi darah
1. Eritrosit
Eritrosit mengandung protein yang sangat penting bagi fungsinya yaitu globin yang dikonjugasikan dengan pigmen hem membentuk hemoglobin untuk mengikat oksigen yang akan diedarkan keseluruh bagian tubuh.
Eritrosit matang memang dikhususkan untuk mengangkut oksigen dan karbondioksida. Kesanggupan mengangkut gas-gas pernafasan tergantung pada hemoglobin protein di dalam eritrosit. Molekul besi pada hemoglobin mengikat molekul oksigen, dan kebanyakan oksigen di dalam darah diangkut ke jaringan dalam bentuk oksihemoglobin. Karbondioksida dari sel-sel dan jaringan dibawa ke paru-paru, sebagian terlarut di dalam darah dan sebagian terikat dalam hemoglobin, disebut karbominohemoglobin.
Selama proses diferensiasi dan maturasi, eritrosit membuat banyak hemoglobin. Sebelum eritrosit dibebaskan ke dalam sirkulasi sistemik, intinya dikeluarkan dari sitoplasma, dan eritrosit matang tampak berbentuk bikonkaf. Bentuk ini menyediakan permukaan yang lebih luas untuk membawa gas pernafasan. Jadi, eritrosit matang di dalam sirkulasi adalah cakram bikonkaf tidak berinti yang dikelilingi membran dan mengandung hemoglobin serta beberapa enzim.
2. Leukosit
Leukosit atau sel darah putih mempunyai fungsi utama dalam system pertahanan. Untuk mengungkapkan keadaan kesehatan tubuh melalui sel-sel leukosit perlu diperhatikan mengenai jumlah dan morfologinya.
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat asingan. Didalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata 6000-10000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bilakurang dari 5000 disebut leukopenia.
a. Netrofil
Neutrofil merupakan garis depan pertahanan seluler terhadap invasi jasad renik, menfagosit partikel kecil dengan aktif. Dengan adanya asam amino D oksidase dalam granula azurofilik penting dalam pengenceran dinding sel bakteri yang mengandung asam amino D. Selama proses fagositosis dibentuk peroksidase. Mielo peroksidase yang terdapat dalam neutrofil berikatan dengan peroksida dan halida bekerja pada molekul tirosin dinding sel bakteri dan menghancurkannya.
Dibawah pengaruh zat toksik tertentu seperti streptolisin toksin streptokokus membran granula-granula neutrofil pecah, mengakibatkan proses pembengkakan diikuti oleh aglutulasi organel - organel dan destruksi neutrofil.
Neotrofil mempunyai metabolisme yang sangat aktif dan mampu melakukan glikolisis baik secara aerob maupun anaerob. Kemampuan nautrofil untuk hidup dalam lingkungan anaerob sangat menguntungkan, karena mereka dapat membunuh bakteri dan membantu membersihkan debris pada jaringan nekrotik
b. Eosinofil
Eosinofil berkaitan erat dengan peristiwa alergi, karena sel-sel ini ditemukan dalam jaringan yaang mengalami reaksi alergi. Eosinofil mempunyai kemampuan melakukan fagositosis, lebih lambat tapi lebih selektif dibanding neutrofil. Eosinofil memfagositosis komplek antigen dan antibodi, ini merupakan fungsi eosinofil untuk melakukan fagositosis selektif terhadap komplek antigen dan antibodi. Eosinofil mengandung profibrinolisin, diduga berperan mempertahankan darah dari pembekuan, khususnya bila keadaan cairnya diubah oleh proses-proses Patologi.
c. Basofil
Serupa dengan sel mast, granula-granulanya dapat mensekresi histamin yang berperan dalam dalam proses alergi basofil merupakan sel utama pada tempat peradangan ini dinamakan hypersesitivitas kulit basofil.
d. Limfosit
Limfosit mempunyai kedudukan yang penting dalam sistem imunitas tubuh, sehingga sel-sel tersebut tidak saja terdapat dalam darah, melainkan dalam jaringan khusus yang dinamakan jaringan limfoid. Berbeda dengan sel-sel leukosit yang lain, limfosit setelah dilepaskan dari sumsum tulang belum dapat berfungsi secara penuh oleh karena hars mengalami differensiasi lebih lanjut. Apabila sudah masak sehingga mampu berperan dalam respon immunologik, maka sel-sel tersebut dinamakan sebagai sel imunokompeten.
Sel limfosit imunokompeten dibedakan menjadi limfosit B dan limfosit T, walaupun dalam sediaan apus kita tidak dapat membedakannya. Limfosit T sebelumnya mengalami diferensiasi di dalam kelenjar thymus, sedangkan limfosit B dalam jaringan yang dinamakan Bursa ekivalen yang diduga keras jaringan sumsum tulang sendiri.
Kedua jenis limfosit ini berbeda dalam fngsi immunologiknya.
Sel-sel limfosit T bertanggung jawab terhadap reaksi immune seluler dan mempunyai reseptor permukaan yang spesifik untuk mengenal antigen asing. Sel limfosit B bertugas untuk memproduksi antibody humoral antibody response yang beredar dalam peredaran darah dan mengikat secara khusus dengan antigen asing yang menyebabkan antigen asing tersalut antibody, kompleks ini mempertinggi fagositosis, lisis sel dan sel pembunuh (killer sel atau sel K) dari organisme yang menyerang. Sel T dan sel B secara marfologis hanya dapat dibedakan ketika diaktifkan oleh antigen.
e. Monosit
Monosit mampu mengadakan gerakan dengan jalan membentuk pseudopodia sehingga dapat bermigrasi menembus kapiler untuk masuk ke dalam jaringan pengikat. Dalam jaringan pengikat monosit berbah menjadi sel makrofag atau sel-sel lain yang diklasifikasikan sebagai sel fagositik. Didalam jaringan mereka masih mempunyai membelah diri. Selain berfungsi fagositosis makrofag dapat berperan menyampaikan antigen kepada limfosit untuk bekerjasama dalam sistem imun.
Monosit juga merupakan fagosit kuat yang berdiferensiasi menjadi fagosit jaringan pada tempat terjadi infeksi, kemudian akan menghancurkan bakteri, benda asing, dan debris sel.
Makrofag memakan antigen
3. Trombosit
Fungsi utama trombosit adalah membantu pembekuan darah. Bila dinding pembuluh darah pecah, atau cedera, trombosit melekat pada daerah dinding pembuluh darah yang cedera itu, menjadi aktif dan membebaskan bahan kimia yang mengawali proses pembekuan darah yang sangat rumit. Setelah terbentuk bekuan darah, dan pendarahan berhenti, trombosit membantu retraksi bekuan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar