A. Resusitator
Tersedia banyak jenis resusitator pernafasan, masing-masing mempunyai prinsip pemakaian yang khusus. Resusitato terdiri dari persediaan oksigen atau udara dalam tangki; suatu mekanisme untuk mengadakan tekanan positif yang intermiten dan, dengan beberapa mesin, juga tekanan negative; dan masker yang tepat dipakai di atas muka pasien dan suatu konektor yang menghubungkan peralatan ke pipa endotrakea selama siklus tekanan positif resusisator tersebut, dan biasanya kemudian membiarkan udara mengalir secara pasif keluar dari paru selama sisa siklus.
Resusisator terdahulu sering menyebabkan kerusakan paru akibat tekanan positif yang berlebihan, sehingga penggunaannya sudah dilarang. Tetapi, resusisator sekarang ini mempunyai penentu batas tekanan positif yang umumnya dipasang pada tekanan 12 sampai 15 cm H2O untuk paru normal (tetapi kadang-kadang jauh lebih besar untuk paru yang tidak komplians)
B. Tangki respirator (iron lung).
Dalam hal ini tubuh pasien terdapat dalam tangki respirator sedangkan kepala pasien menonjol keluar melalui suatu ban leher (collar) yang fleksibel tetapi kedap udara. Pada ujung tangki, berlawanan dengan kepala pasien, terdapat difragma kulit yang digerakkan oleh mesin, yang bergerak maju mundur dengan simpangan yang cukup untuk menaikkan dan menurunkan tekanan di dalam tangki. Bila diafragma kulit bergerak ke dalam, tekanan positif terbentuk di sekitar tubuh dan menyebabkan ekspirasi; dan bila diafragma bergerak keluar, tekanan negative menyebabkan inspirasi. Katup pemeriksa pada respirator mengatur tekanan positif dan negative. Biasanya tekanan ini disesuaikan, sehingga tekanan negative yang menyebabkan inspirasi turun menjadi -10 sampai -20 cm H2O, dan tekanan positif meningkat menjadi 0 sampai +5 cm H2O .
C. Pengaruh Resusisator dan Tangki Respirator Terhadap Aliran Balik Vena (Venous Return)
Bila resusisator mendorong udara ke dalam paru-paru pada tekanan postif, atau bila tangki respirator mengurangi tekanan di sekitar tubuh pasien, tekanana di dalam paru-paru menjadi lebih besar daripada tekanan dimanapun dalam tubuh. Aliran darah dari vena-vena perifer ke dalam dada dan jantung menjadi terhalang. Akibatnya , pemakaian tekanan yang berlebihan denagn resusisator maupun tangki respirator dapat mengurangi curah jantung, kadang-kadang sampai tingkat yang mematikan. Misalnya, seseorang yang terus-menerus mengalami tekanan positif dalam paru-paru lebih dari 30 mmHg selama lebih dari beberapa menit, dapat menyebabkan kematian karena jumlah darah dari vena yang kembali ke jantung tidak mencukupi.
D. Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Bila penderita tidak bernapas dan nadinya teraba tidak berdenyut, mulailah lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau juga dikenal sebagai Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR). CPR adalah kombinasi pemijatan (masase) jantung dari luar dan resusitasi mulut ke mulut. Untuk melakukan hal ini, sebaiknya penolong telah mengikuti pelatihan P3K untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dalam melakukan tindakan agar tidak menambah cidera pada penderita.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus Anda lakukan.
Jika pasien ternyata tidak menunjukkan adanya denyut dan biji mata melebar dan tampak seperti mati:
1. Cari bantuan.
2. Atur Posisi korban.
3. Tengadahkan kepala pasien ke belakang.
4. Carilah titik tekanan yang tepat dengan terlebih dahulu menentukan letak titik ujung tulang dada (sternum). Titik tekanan terletak sejauh dua Lebar jari di atasnya.
5. Letakkan telapak tangan Anda di atas titik tekanan tersebut. Angkat jari Anda menjauhi permukaan dada.
6. Tekan lurus ke bawah sebanyak 80 hingga 100 kali per menit. Tekan seeara vertikal, siku pada posisi lurus.
7. Tekan ke bawah ke arah dada sedalam 2 hingga 3 cm untuk orang dewasa.
8. Ingat bahwa setelah setiap tekanan ke-30, Anda harus meniupkan udara ke dalam paru-paru dua kali secara berurutan.
Sabtu, 21 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
mp3 terbaru
BalasHapusmp3 terlengkap
mp3 dangdut